karangbawang-PAKUJATI

Rabu, 10 Februari 2010

Ada apa di Pakujati..

Desa Pakujati barada di wilayah kecamatan Paguyangan, kabupaten Brebes, Jawa tengah.
Dalam sepuluh tahun terakhir ini Pakujati telah mengalami pertumbuhan ekonomi secara signifikan. Selain menjadi daerah penghasil tepung tapioka dan beras, pakujati juga merupakan sentra peternakan ayam petelur terbesar di wilayah Brebes selatan.
Dinamika masyarakat pakujati begitu nampak dari aktifitas bisnis & keseharian warga yang berlangsung semenjak menjelang subuh pagi hingga larut malam. Hal ini menunjukan betapa perekonomian pakujati memang tengah menggeliat bangkit.
Sektor perdagangan dan industri pertanian merupakan komoditas utama yang selain mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi juga telah berhasil menciptakan lapangan pekerjaan sehingga angka pengangguran pun relatif berkurang.
Pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur yang telah laksanakan dan terus berkesinambungan juga menandakan bahwa pemerintahan desa pakujati telah menunaikan tugasnya dengan baik dan semestinya.
Jalan-jalan yang menghubungkan antar pedukuhan telah seluruhmya merupakan jalan aspal. Begitu juga dengan jalan-jalan gang, semakin tertata rapih dan bersih dengan paving blok.
Jika dibandingkan dengan wilayah di sekitarnya, pakujati memang nampak  tampil lebih cantik dan unggul dalam berbagai hal. Ditambah lagi dengan tipikal masyarakatnya yang agamis, menjadikan pakujati senantiasa dalam situasi dan kondisi yang aman serta nyaman.

Namun benarkah dibalik penampilan cantiknya pakujati tidak aada permasalahan mendesak yang jika tidak ditanggulangi dengan segera maka hal itu akan dapat menimbulkan dampak buruk bagi warga masyarakatnya?
Ternyata memang ada..

Sebagaimana yang kita semua ketahui bahwa pakujati merupakan sentra peternakan ayam petelur terbesar di wilayah Brebes selatan, yang tentu saja akan erat kaitanya dengan permasalahan pencemaran lingkungan.
Lingkungan yang bersih dan sehat adalah dambaan setiap orang. Dimanapun kita tinggal di suatu tempat maka masalah kebersihan dan kesehatan lingkungan akan selalu menjadi prioritas utama karena kesehatan begitu penting dan berharga, bahkan lebih berharga dari harta yang manapun.
Maka dari itu lebih baik menjaga kebersihan dan kesehatan daripada mengobati atau memelihara sarang penyakit.

Namun kesadaran seperti inilah yang agaknya belum menyentuh hati nurani dan akal sehat para pelaku usaha ternak ayam petelur di pakujati. Atau barangkali warga masyarakatpun masih belum sampai pada taraf kepedulian akan pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan, sehingga bau kotoran ayam yang menyengat dan juga lalat-lalat yang berkeliaran di areal pemukiman warga seolah-olah bukan lagi masalah. Bukan polusi dan bukan pencemaran lingkungan.

Aparat pemerintah daerah yang semestinya berwenang mengontrol dan mengatur lingkungan pun seakan-akan tidak pernah melihat dan peduli apa yang sedang terjadi dengan lingkungan pakujati seiring dengan semakin marak dan semrawutnyan pembangunan kandang-kandang ayam.
Aturan hukum yang mangatur tentang jarak ideal antara kandang ayam dengan pemukiman warga nampaknya juga memang tidak pernah terealisasikan dengan baik, sehingga yang terjadi adalah seorang pengusaha ternak ayam marasa bebas dan sah-sah saja mendirikan kandang-kandang ayam meski jaraknya dengan pemukiman warga tidak sesuai aturan hukum, bahkan amat sangat terlalu dekat.

Pencemaran lingkunganpun semakin menyeluruh hampir di setiap sudut-sudut pakujati.
Udara bersih dan sehat menjadi barang langka. Setiap detik kita dipaksa menghirup udara yang penuh kandungan kuman, bakteri dan bahkan virus. Dan disadari atau tidak, beberapa tahun yang akan datang kita semua akan menuai dampak buruknya. Sungguh tragis.

Entah sampai kapan hal seperti ini akan terus berlangsung.
Sungguh ironis disaat semangat memajukan perekonomian dan pembangunan desa begitu gencar dan menggebu, namun disisi lain mengabaikan kebersihan dan kesehatan lingkungan. Padahal hidup bersih dan sehat adalah hak setiap orang.
Mestinya seiring dengan kemajuan jaman dan peradaban manusia, aparat pemerintah, warga masyarakat dan  para pelaku usaha ternak ayam di pakujati mulai berfikir cerdas dan sadar hukum.
Bahwa persoalan pencemaran lingkungan harus segera ditanggulangi dengan membenahi lokasi kandang-kandang ayam yang tidak sesuai aturan hukum demi terciptanya kehidupan masyarakat yang adil makmur dan sehat.

..tata titi tentrem kerta raharja, gemah ripah loh jinawi.. tentu bukan sekedar pitutur orang tua yang tanpa makna.
Semoga maju Pakujatiku, makin cerdas dan sehat masyarakatnya..

By : agus, TANTRA art & gallery  karang bawang - PAKUJATI
february'  2010

Senin, 08 Februari 2010

Budaya cermin kepribadian bangsa

Sebuah bangsa akan dipandang bermartabat apabila budaya yang di tampilkan menunjukan kecerdasanya dan memenuhi unsur-unsur ESTETIKA serta KEMANUSIAAN.
Unsur-unsur inilah yang agaknya telah mulai tergerus oleh arus perkembangan jaman, dimana euforia kebebasan semakin hingar bingar dan tumpang tindih sehingga tanpa disadari atas nama kebebasan  telah menginjak-injak akar budaya, akal sehat dan bahkan nilai-nilai budi pekerti.
Carut marut permasalahan yang dialami oleh bangsa Indonesia mengindikasikan bahwa bangsa ini memang sedang sakit.
Perilaku elit politik, masyarakat, cendekia, kaum religi tidak lagi mencerminkan sebuah watak dan karakter yang elegant. Semangat kehidupan berbangsa dan bernegara lebih diwarnai oleh kepentingan-kepentingan antar golongan sehingga tidak menjamin dapat berjalanya sistim demokrasi yang bersih, beradab dan elok.
Generasi muda semakin tercerabut dari akar budaya bangsanya sendiri sehingga krisis jati diri menjadikan mereka pribadi-pribadi yang mudah terprovokasi oleh berbagai konflik kepentingan.
Agama yang semestinya mampu mengkawal pemikiran dan perilaku manusia pun telah melenceng jauh dari fungsi tersebut, sehingga tidak mampu melahirkan pola-pola pikir yang beretika dan santun.
Anarkisme merajalela, norma-norma adat dan agama hanya sekedar wacana yang terkadang lebih asyik hanya dijadikan topik diperdebatan tanpa semangat menemukan substansi fungsi keberadaanya.
Bangsa ini benar-benar tengah sakit atau bahkan sekarat.
Kita selalu bermimpi dan berharap menjadi bangsa yang dihargai, bermartabat dan berperan turut memberikan kontribusi nyata bagi masa depan dan kemajuan dunia. Namun disisi lain kita mengabaikan prinsip-prinsip dasar untuk menjadi sebuah bangsa yang bermartabat dan memiliki keunggulan manfaat.
Bangsa ini harus mawas diri dan perlu mengembalikan jati diri.
Bangsa ini harus menemukan kembali bentuk utuh dari kebudayaan yang sarat akan nilai-nilai ESTETIKA dan KEMANUSIAAN.
Jika tidak, maka bersiaplah untuk menjadi bangsa yang tidak pernah bisa menghargai makna KEHIDUPAN.

AGUS  februari 2010
TANTRA art & gallery  karangbawang - PAKUJATI