karangbawang-PAKUJATI

Senin, 01 Maret 2010

Change of Mind



Alam sebetulnya tidak pernah murka.
Karena alam tidak mengenal emosional terhadap apapun, pun tidak pernah berpihak kepada yang baik ataupun yang jahat.
Kalaupun akhir-akhir ini alam menunjukan gejala yang tidak bersahabat seperti terjadinya perubahan iklim atau yang lebih dikenal dengan Global Warming, bencana tanah longsor, banjir dan gempa bumi, bukan lain adalah semata-mata karena alam tengah berproses mencari keseimbangan sesuai dengan hukum semesta yang berlaku.
Dan setiap kali alam bereaksi, adalah bukan lain merupakan respon atau merupakan akhibat yang di timbulkan oleh ulah dan kebijakan manusia terhadap alam itu sendiri.

Global Warming adalah merupakan ancaman yang tidak main-main terhadap planet bumi yang kita tinggali ini, dimana semakin menipisnya lapisan ozon lambat laun akan berujung pada kondisi bocornya atmosfir, sehingga sinar Ultra Violet yang dipancarkan oleh matahari akan secara langsung menghantam ke permukaan bumi karena telah rusaknya lapisan ozon yang berfungsi menyaring sinar Ultra Violet.

Radiasi yang ditimbulkan oleh sinar Ultra Violet bukan hanya berbahaya bagi kesehatan kulit manusia, yaitu rusaknya sel-sel kulit yang dapat menimbulkan kanker kulit, tetapi juga akan berpengaruh terhadap meningkatnya suhu udara dan menciptakan perubahan iklim.
Bahaya terbesar adalah ketika suhu udara semakin meningkat dan mengakhibatkan mencairnya Glatsier di benua Antartika yaitu lautan Es yang merupakan stok cadangan air bagi kehidupan di bumi.
Tidak dapat dibayangkan seandainya Global Warming tidak dapat dikendalikan dan menyebabkan lautan es di Antartika meleleh, separuh permukaan bumi dipastikan akan tenggelam.

Penyebab utama terjadinya Global Warming adalah semakin bertambahnya volume asap industri dan kendaraan bermotor yang tidak ramah lingkungan, juga efek daripada rumah-rumah kaca.
Selain juga penggundulan hutan / pembalakan secara besar-besaran tanpa di imbangi dengan Reboisasi / penanaman hutan kembali, sehingga hutan yang berfungsi sebagai paru-paru dunia menjadi berkurang luasnya.
Dan bukan hanya itu, bahaya tanah longsor dan banjir juga mengancam akhibat dari pembalakan dan juga pengalihan fungsi hutan yang kian meluas dilakukan oleh masyarakat.

Untuk menghindar dari bahaya Global Warming, tanah longsor dan banjir bukan lain adalah dengan menekan jumlah industri dan kendaraan bermotor atau mengganti bahan bakar industri dan kendaraan bermotor dengan bahan bakar yang ramah lingkungan seperti Gas.
Juga dengan mengurangi jumlah pembangunan rumah-rumah kaca serta dengan melakukan reboisasi secara besar-besaran untuk mengembalikan keseimbangan / ketersediaan paru-paru dunia.

Tanpa langkah-langkah konkrit seperti itu, planet bumi ini sungguh dalam ancaman bahaya besar.
Belakangan ini bangsa Indonesia sangat akrab dengan bencana alam seperti banjir, tanah longsor dan gempa bumi.
Semua peristiwa-peristiwa ini tentu saja sudah saatnya harus di sikapi dengan pemikiran yang Rasional untuk mencari penyebab dan sekaligus menemukan solusinya.
Bahwa penggundulan hutan dan pengalihan fungsi hutan adalah penyebab utama bencana tanah longsor dan banjir. Sadar atau tidak sadar kita sudah saatnya membuka mata dan pemikiran, bahwa alam tidak pernah murka.
Adapun bencana alam yang terjadi adalah merupakan dampak akhibat yang timbul oleh ulah dan kebijakan kita terhadap alam itu sendiri.

Selama ini kita lebih melihat bencana alam sebagai alam yang murka atau sebagai azab Tuhan yang erat kaitanya dengan masalah kemaksiatan seksual manusia.
Pemikiran semacam ini dengan sendirinya mengalihkan perhatian dan pemahaman kita terhadap sumber permasalahan yang sebenarnya, bahwa penggundulan hutan dan pengalihan fungsi hutan seolah-olah bukan lagi penting untuk dibahas dan diketahui sebagai sumber bencana.
Kita justru lebih membesar-besarkan masalah kemaksiatan seksual tanpa melihat dan menyadari substansi atau akar permasalahan bencana yang sesungguhnya.
Bahwa bencana alam terjadi akhibat dari ulah dan kebijakan kita terhadap alam itu sendiri.

Marilah kita menyikapi setiap bencana tanah longsor, banjir dan juga Global Warming dengan pemikiran yang rasional, dengan memperbaiki sikap kita terhadap alam, dengan kesadaran yang penuh bahwa alam tidak pernah murka, bahwa kita harus memlihara alam dan menjaga keseimbangan alam.
Bahwa bencana alam terjadi karena sikap kita terhadap alam itu sendiri, bukan karena sikap kita di atas ranjang.

Karangbawang Marh' 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar